Thursday, February 22, 2007

POLIO

Sukseskan PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
Menuju Eradikasi Polio (ERAPO)
NAJMAH, SKM
ALHAMDULILLAH DIPUBLIKASIKAN DI HARIAN SUMATERA EKSPRES, SENIN, 28 NOVEMBER 2005

Indonesia saat ini sedang menghadapi KLB (Kejadian Luar Biasa) polio. Kasus Polio telah ditemukan di 10 provinsi dan 36 kabupaten di Indonesia dengan 295 kasus Polio. Indonesia menempati rangking ketiga dari jumlah penderita POLIO di dunia. Sedangkan untuk daerah Sumatera Selatan sudah teridentifikasi 5 kasus positif polio (Pemulutan, 4 Ulu, 5 Ulu, 10 Ulu dan 13 ulu) dengan satu kematian.

Statement di atas disampaikan langsung oleh Mr. Dr. Dhananjoy Gupta (Consultant-Polio) di Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel (21/11) ketika saya melakukan wawancara dengan beliau. Angka yang memukau dan pencapaian prestasi rangking yang tinggi dan tidak untuk dipertahankan dan ditingkatkan kalau bicara masalah penyakit.

Kasus Polio muncul ketika WHO sedang giat-giatnya melakukan kampanye vaksinasi polio dan di Indonesia sejak 1995 tidak pernah ditemukan kasus polio.Kasus polio terakhir di Indonesia terjadi tahun 1995, kini negara muslim itu menjadi negara ke-16 yang terkena wabah tersebut (New York Times). Kasus yang muncul di Indonesia ini merupakan pukulan telak bagi PBB yang menargetkan bebas polio pada akhir 2005. Pada awalnya WHO optimistis untuk bisa mewujudkan target ini. Hal ini disebabkan karena virus polio tidak menginfeksi hewan apapun, kecuali manusia. Dengan demikian, virus ini akan lebih mudah dikontrol

Tetapi mengapa penyakit polio mewabah kembali? Ternyata semua anak yang terinfeksi virus polio terbukti belum pernah diimunisasi polio, atau mempunyai status imunisasi polio tidak lengkap. Sekarang Indonesia menghadapi tantangan untuk membasmi virus polio impor sesegera mungkin, sebelum menyebar dan menjadikan Indonesia sebagai daerah endemik. Saat ini di seluruh dunia masih terdapat enam negara yang endemis polio, yaitu India, Sudan, Nigeria, Afganistan, Mesir, dan Pakistan. Meski demikian, tahun 2004 dan awal tahun 2005 beberapa negara yang sudah bebas polio, seperti Chad dan Yaman, terserang kembali oleh virus polio liar dari negara endemis. Globalisasi telah membuat pengendalian penyebaran virus menjadi lebih sukar. Mobilitas penduduk negara endemis ke berbagai negara membuat virus dengan cepat menyebar.

PENYAKIT BERBAHAYA!!!
Polio atau poliomyelitis sangat ditakuti karena penyakit infeksi ini menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan total dalam hitungan jam dan sampai saat ini belum ditemukan obatnya.
Virus polio ada yang disebut P1, P2, dan P3. Yang patogen atau membuat sakit adalah jenis P1. WHO menyatakan tipe P2 dan P3 sudah hampir musnah karena tidak ada laporan kasus serangan dari tipe virus itu. Virus masuk melalui mulut dan berkembang biak di usus ini serta keluar melalui tinja , dan di alam bebas bisa bertahan 2 hari sampai 6 bulan tergantung kondisi alam.
Bayangkan bila seorang anak yang menderita penyakit polio, dia BAB di sungai?? Virus itu akan menyebar dengan mudah melalui aliran sungai dan sangat berbahaya bagi banyak orang yang memanfaatkan air sungai tersebut.
BAGAIMANA PENULARAN POLIO ?
Virus polio hanya dapat hidup di usus manusia. Di suatu tempat, virus akan berkembang biak memenuhi dinding usus selama ± 8 minggu. Sebagian virus dan dikeluarkan setiap hari, melalui tinja. Makanan dan minuman yang tercemar tinja, secara langsung atau melalui tangan yang tercemar tinja, akan memindahkan virus ke orang lain.

Virus polio tidak mati dengan pembersih biasa seperti sabun, detergen maupun alkohol, ether atau khloroform tetapi mati dengan formaldehyde, chlorine, pemanasan, ultraviolet.

Anak-anak yang tidak mempunyai kekebalan yang memadai dapat terinfeksi, dan sebagian kecil di antaranya lumpuh, atau meninggal (1 dalam 100). Untuk setiap anak yang menderita lumpuh karena infeksi polio, kira-kira terdapat 100 – 1000 anak yang tertular tetapi tidak sakit lumpuh. Akan tetapi, anak-anak ini dapat menyebarkan virus polio ke anak-anak yang lain. Jadi jika kita hitung dari 295 kasus polio yang dilaporkan di Indonesia, kemungkinan terdapat 29.500 sampai 295.000 penderita polio yang asymptomatik (tidak lumpuh, atau tanpa gejala) yang juga berpotensi menularkan ke orang lain yang belum kebal.

Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan virus. Apalagi bila penderita polio tinggal di kondisi lingkungan yang kurang sehat dan perilaku hidup bersih tidak diterapkan, sangat mendukung kekuatan si VIRUS POLIO.

GEJALA TERSERANG POLIO?
Respons pertama terhadap infeksi poliovirus biasanya bersifat infeksi asimptomatik, yakni tidak menunjukkan gejala sakit apa pun. Sekitar 4 sampai 8 persen infeksi poliovirus tidak menimbulkan gejala serius. Infeksi itu hanya menimbulkan penyakit minor (abortive poliomyelitis) berupa demam, lemah, mengantuk, sakit kepala, mual, muntah, sembelit dan sakit tenggorokan. Setelah itu, pasien dapat sembuh dalam beberapa hari.
Namun, bila poliovirus menginfeksi sel yang menjadi sasaran utamanya, yaitu susunan sel syaraf pusat di otak, terjadilah poliomyelitis nonparalitik (1 sampai 2 persen) dan poliomyelitis paralitik (0,1 sampai 1 persen). Pada kasus poliomyelitis nonparalitik, yang berarti poliovirus telah mencapai selaput otak (meningitis aseptik), penderita mengalami kejang otot, sakit punggung dan leher; selain dari gejala penyakit minor yang telah disebutkan di atas.
Sedangkan kasus poliomyelitis paralitik, biasanya terjadi sebagai perkembangan lebih lanjut gejala ringan sebelumnya, meskipun dapat pula terjadi tanpa melalui fase pertama tersebut. Pada Polio paralisis spinal, Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan neuron motor -- yang mengontrol gerak fisik. Sedangkan pada Polio bulbar, disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung neuron motor yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbgai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja.

UPAYA APA YANG HARUS DILAKUKAN ???
ERADIKASI POLIO JAWABNYA. Sebenarnya upaya eradikasi polio sudah berjalan sejak 1988-kurang lebih 17 tahun lalu. Saat itu, semua pihak optimistis bisa memenuhi target eradikasi tahun 2005, bercermin dari keberhasilan dunia membebaskan diri dari penyakit cacar. Dalam situs WHO disebutkan, lebih dari 200 negara ikut berpartisipasi dan melibatkan 200 juta sukarelawan dengan total investasi 3 miliar dollar AS. Sejak diluncurkannya upaya eradikasi global itu, kasus polio turun drastis di seluruh dunia. Kalau tahun 1988 masih terdapat 350.000 kasus polio, akhir tahun 2003 cuma ditemukan 700 kasus.

Dalam melakukan ERAPO, dimana virus liar tidak ditemukan selama 3 tahun berturut-turut di suatu Negara diperlukan kerjasama seluruh pihak. Ada empat strategi yang dianggap manjur untuk memberantas polio.Pertama, memberi imunisasi polio pada semua anak sebanyak empat kali sebelum usia satu tahun sebagai bagian imunisasi rutin untuk mencegah tujuh penyakit utama anak (tuberkulosis/meningitis, polio, dipteri, pertusis, tetanus, campak, hepatitis B) sehingga cakupan imunisasi rutin meningkat.Kedua, lewat Pekan Imunisasi Nasional (PIN) semua anak di bawah usia lima tahun.
Ketiga, sistem pengamatan dibuat sedemikian rupa sehingga tak ada kasus polio yang tak teridentifikasi. Pelaksanaan Surveilans AFP sesuai standar sertifikasi dengan berperan aktif dalam advokasi dan sosialisasi.Keempat, mengirim tim untuk melakukan imunisasi dari rumah ke rumah di wilayah virus polio dicurigai masih beredar.

APAKAH IMUNISASI POLIO ITU AMAN ???
Vaksin polio oral (OPV) aman diberikan kepada anak meskipun dilakukan berulang-ulang. Vaksin ini memang dirancang untuk diberikan berulang-ulang, untuk memastikan perlindungan penuh. Di daerah-daerah tropis yang berudara panas, beberapa dosis vaksin polio dibutuhkan untuk memberikan perlindungan penuh bagi setiap anak. Kadang-kadang diperlukan lebih dari 10 dosis (10 x pemberian imunisasi OPV) untuk seorang anak. Vaksin ini juga aman bagi semua anak. Setiap dosis tambahan di luar imunisasi rutinnya, meningkatkan kekebalan seorang anak lebih lanjut terhadap polio. Tidak ada batasan waktu berapa hari sebelum pelaksanaan PIN dengan pelaksanaan imunisasi rutinnya diberikan. Semua balita tidak bergantung status imunisasi tidak boleh ada yang terlewat untuk ikut serentak pemberian imunisasi polio pada waktu PIN. Setiap anak yang tidak terimunisasi adalah wadah untuk bersembunyinya virus polio.
Vaksin polio oral merupakan salah satu vaksin teraman yang pernah ada. Begitu amannya hingga dapat diberikan pada anak yang kurang sehat dan bayi baru lahir. Vaksin ini telah digunakan di seluruh dunia dan telah menyelamatkan kurang lebih 5 juta anak dari kemungkinan cacat permanen. Anak-anak Indonesia memiliki risiko lebih besar terinfeksi virus polio dari pada efek samping yang diakibatkan oleh vaksin polio yang sangat sedikit yaitu 1 berbanding 200 juta. Kasus ini dinamakan vaccine-associated paralytic Poliomyelitis (VAPP).

YUUKKK….BERSAMA-SAMA ERADIKASI POLIO !!
Dengan memberikan imunisasi dasar polio secara rutin kepada bayi dan anak balita, kita berusaha memberikan kekebalan kepada tiap anak. Apabila setiap orang kebal terhadap polio, virus polio akan musnah karena tidak ada lagi tempat berkembang biak. Namun tidak setiap anak berhasil memperoleh kekebalan yang diharapkan. Akibatnya virus polio masih terus bersirkulasi. Untuk memutuskan mata rantai penularan virus polio, dan membasminya diperlukan pemberian imunisasi polio secara massal dan serentak. Ingatlah kita sudah berhasil membasmi cacar bopeng, sekarang tibalah saatnya polio kita basmi.

Prinsipnya pemberantasan penyakit harus mengedepankan upaya pencegahan dan partisipasi seluruh pihak. Apalagi penyakit menular, seperti polio, yang tidak ada obatnya. Karena itu pemberantasannya harus dilakukan dengan vaksinasi polio sebanyak mungkin. Apabila semua anak, atau setidaknya mendekati 100 persen telah mempunyai kekebalan, maka mereka tidak akan tertular polio dan rantai penularan pun akan terputus. Setelah beberapa waktu, dengan sendirinya penyakit ini akan hilang.
Perlu dicatat bahwa gejala polio hanya terjadi pada balita yang tidak diimunisasi atau riwayat imunisasinya tidak jelas. Hal ini menunjukan bahwa vaksinasi atau imunisasi merupakan hal yang MUTLAK dilakukan. Oleh karena itu, negara-negara yang telah mendeklarasikan bebas polio sekalipun masih tetap melaksanakan program imunisasi, terutama imunisasi rutin terhadap setiap anak yang lahir. Begitu juga dengan Indonesia YANG MENEMPATI RANGKING III DI DUNIA (21/11) oleh kasus polio ini. Seluruh pihak harus melakukan program imunisasi yang rapi sehingga menutup kemungkinan terjadinya wabah polio, baik yang disebabkan oleh virus impor maupun dari virus vaksin yang berubah (vaccine-derived poliovirus). Tetap HATI-HATI DAN WASPADA terhadap penyebaran Penyakit POLIO ini dengan mengikuti imunisasi rutin dan PIN POLIO.

* WHO’S VOLUNTEER FOR 3RD PIN 2005
(Alumnus Kesehatan Masyarakat UNSRI ‘05)
e-mail/fs/ID : najem240783@yahoo.com













No comments: